KAPUAS - Mewabahnya Demam Berdarah (DBD) melanda desa Aruk Kecamatan Timpah Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng), dalam beberapa hari ini sudah semakin parah. Hal ini terlihat dari korban DBD di desa itu semakin bertambah dan tidak ada indikasi akan hilang dari pemukiman masyarakat.
Terakhir terdata dari korban DBD, ada lima orang yang dirujuk ke RSUD Doris Silvanus Palangka Raya, yang masih dirawat. Korban DBD rata rata, anak yang masih kecil. Terakhir dikabarkan anak berusia 6, 5 tahun meninggal dunia saat dalam perjalanan dari Puskesmas Timpah menuju RSUD Doris Silvanus, Palangka Raya, Kalteng.
"DBD didesa kami Aruk sudah banyak yang kena, terutama dari anak - anak kecil yang masih bersekolah, dengan gejala Demam tinggi, " ungkap Kades Aruk, Edie N Sida kepada Media ini.
Edie Sida, selaku Kades Desa Aruk, menyampaikan sudah melakukan tindak untuk menanggani DBD di desanya berupa, malaporkan ke Pihak terkait, Kesehatan, Kecamatan Timpah. Tindakan yang telah dilakukan pihaknya, melakukan pengasapan atau Fogging ke lingkungan rumah warga desa.
"Dari dinas Kesehatan Kapuas turun melakukan Pengasapan ke rumah warga dan prasarana umum lainnya, serta memberikan obat - obatan kepada warga yang mengalami gejala Demam, " kata Kades Aruk ini.
Sementara itu, salah satu warga desa Aruk, Yawaisma, menilai apa yang selama ini dilakukan oleh pihak aparat desanya, kurang tanggap dan menyepelekan wabah DBD yang terjadi saat ini.
Menurutnya, pihak aparatur desa Aruk dan pihak - pihak yang saat itu telah melakukan Pengasapan ke rumah - rumah warga, masih kurang maksimal dan hanya ada tempatnya saja. Serta dalam penangganan pengobatan di rumah sakit Doris Silvanus Palangka Raya, harus di bantu oleh pihak desa dan pemerintah kab Kapuas, karena kebanyakan dari keluarga tidak mampu.
"Seharusnya dalam keadaan seperti ini, harus didirikan Posko DBD di desa, karena saat ini sudah saya nilai sangat parah penularannya di desa Aruk, " ungkap Yawaisma atau biasa disapa Cima kepada media ini, Senin (03/10).
Cima, menekankan agar kembali dilakukan Fogging atau pengasapan ke pemukiman masyarakat desa Aruk, karena saat ini malah bertambah korban yang dilarikan ke Rumah Sakit.
"Sebelumnya cucu saya, kemarin anak Ketua BPD Desa Aruk yang dirujuk ke Rumah Sakit Doris Silvanus, dan sore kemarin kembali anak perempuan kecil dirujuk juga, lebih parah lagi malam tadi anak tetanggaku kena DBD dan dirujuk juga, " terangnya.
Media ini mencoba turun ke desa Aruk, Minggu (02/10), berdasarkan keadaan dan geografisnya, desa Aruk memiliki kateristik lingkungan yang memiliki sungai dan daerah rawa, dan disekitar pemukiman warga, banyak ditumbuh semak - semak belukar dan kandang peliharaan, yang dapat menyebabkan bersarangnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menggigit dan menghisap darah seseorang yang sudah terinfeksi virus dengue, ketika nyamuk tersebut menggigit orang lain, maka virus akan tersebar. Nyamuk mengigit dan menginfeksi seseorang di pagi sampai sore hari menjelang petang.
Saat ini tindakan dari pihak aparat desa masih hanya pengasapan biasa dan obat - obatan ala kadarnya, dan bantuan lainnya dalam pencegahan kepada masyarakat desa itu tidak ada, apa lagi saat ini musim penghujan dan banyaknya didaerah itu tergenang air.
"Bantuan untuk kami warga desa tidak ada, bahkan bagi yang terkena, seharusnya dampak DBD ini jangan disepelekan oleh Aparat Desa dan Pemerintah Kapuas, " kata Ibu Maria, saat diwawancarainya.
Media ini berharap baik, Pemkab Kapuas, Pemprov Kalteng bahkan Kementerian Sosial RI bisa mengambil tindakan proaktiv dalam penangganan Wabah DBD di desa Aruk, karena hal ini menyangkut aktivitas masyarakat lainnya yang bisa terdampak akibat DBD ini.